Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
Tribute to Maestro WS Rendra
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti aku
tungku tanpa api
Tribute to Maestro WS Rendra
tak mengapa sayang
jika memang itu maumu
aku akan menjauh darimu
aku mengerti sayang
bahwa sakit inipun
engkau juga merasakannya
kenangan yang telah tertumpuk
harus mulai dipilah seksama
untuk kemudian dipilih dan disimpan
karena begitu banyak selama ini
begitu sesak selama perjalanan
baik yang indah maupun yang tidak
sampai jumpa lagi sayang
jika engkau butuhkanku
telpon saja aku, dan aku akan datang
jaga dirimu baik-baik
karena mataku telah terhalang perpisahan
meskipun hatiku akan selalu bersamamu
ingatkah engkau waktu itu
waktu angin dengan sejuknya
membelai indah perjumpaan kita
di sore yang jingga diiringi derai tawa
saat itu adalah saat mengesankan untukku
tak pernah di rencana dan di sengaja
mengalir begitu saja bagai embun pagi
menetes di ujung daun semanggi
senyumanmu sungguh membiusku
tatap matamu seakan menembus hatiku
mengikatnya kuat-kuat dan menarikku kepadamu
memaksa lidahku berkata-kata dan bibirku menyapa
itulah engkau kekasih
engkau begitu indah untukku di sore itu
menemani jiwaku dan melengkapi hariku
dengan segala keindahan senja hari
waktu seakan berhenti
melambat dan sepertinya mengerti
bahwa ini akan jadi salah satu kenangan terindahku
dan ia mengabadikan indah serta menyimpannya di relung hatiku
ingatlah aku kekasih
meskipun kini waktu juga yang menjaga jarak kita
namun aku yakin, seperti yakinku pada cinta sejati
bahwa waktu, bila itu harus, yang akan mendekatkan kita
aku hanya terdiam
saat kau mulai bersedih dan temaram
perlahan basah menggenang di matamu
lalu dengan lembut menetes di pipi merahmu
tidak pernah mudah bagiku
bagi hatiku, bagi ragaku
yang setiap hari mampu memikirkanmu
yang juga pasti bisa meraihmu jika aku mau
tapi aku ragu...
maafkan aku
aku pergi...
aku hanya orang yang salah
di waktu yang salah dan tempat yang salah
menunggu pemilik rumah di terasnya
sementara si pemilik sedang pergi keluar kota
untuk waktu yang tidak ditentukan
semoga engkau mampu
tanpaku di sisimu...
Banyak hal yang bisa kukatakan padamu
tapi sungguh tak mudah kulakukan
aku juga tak mengerti sayangku
semua cinta ini denganmu, sungguh membingungkanku
pun sebenarnya aku sungguh tak tega
beranjak dari sisimu dalam kondisi seperti ini
tapi aku juga takut menantimu
sementara aku tidak tau kapan waktumu pulang
lalu...
aku akan menjauh sementara
hingga waktu mempertemukan kita kembali
seperti katamu...kalo jodoh, kita pasti akan berjumpa
aku percaya itu...
bagaimana ini semua akan kujalani
engkau, meskipun sebentar saja
mengingatkanku akan rasa ini
rasa saat indahnya angin sejuk pagi hari
membelai lembut jiwa dengan kesegaran
rasa saat ciuman pertama sang fajar kepada
bumi dengan penuh kehangatan
denganmu...
meskipun sejenak tak lama
aku mampu, untuk membelai kembali jiwa cinta
dan kasih sayang yang telah lama tertidur
dan enggan untuk dibangunkan
dalam keindahan mimpi yang tak ujung henti
dalam kesunyian malam diiringi nyayian bulan gemintang
dalam sendu senja hanya berteman angin kering dari utara
untukmu...
terima kasih dariku